[Date Prev][Date Next][Thread Prev][Thread Next][Date Index][Thread Index]

Anerkennung (Re: Milis Fisika?)



According to Imam Fachruddin:
> From imamf@tp2lin54.tp2.ruhr-uni-bochum.de Mon Oct 13 14:40:52 1997
> Date: Mon, 13 Oct 1997 14:40:43 +0200 (MEST)
> From: Imam Fachruddin <imamf@tp2lin54.tp2.ruhr-uni-bochum.de>
> Subject: Re: Milis Fisika?
> 
> > According to Imam Fachruddin:
> > >  
> Assalaamu'alaikum wr wb.
Wa'alaikumsalaam wr wb

Pak Imam dan rekan-rekan lainnya, milis FISIKA sudah saya order ke Coollist,
dan sambil menunggu kepastiannya (atau alternatif lain) kita coba forwarder 
saya di: oktova@stud.uni-hannover.de. Pokoknya kalau kita mengirim atau 
menjawab posting, alamat tsb harus selalu dicantumkan (bisa lewat Cc atau To,
terserah) agar terdistribusi di antara kita.
Kalau ada rekan yang punya alternatif lain, tentu juga herzlich willkommen 
(mas Iwan viellicht?).

...maaf saya busek
> Yak, tentu saja saya setuju. Manusia itu butuh teman baik yang umum
> apalagi yang sebidang. Kita butuh bicara baik tentang hal yang umum, multi
> disiplin, yang banyak orang bisa mengerti maupun yang khusus. Kita butuh
> mengerti dan dimengerti. Ibarat lingkaran, kita bentuk lingkaran yang
> besar dan juga yang kecil. Yang besar bersifat lebih umum dari yang kecil.
> 
> Saya tidak keberatan, Pak Oktova silakan langsung membuat apa yang
> diperlukan. Dan karena tadi Pak Oktova juga menyebut soal anerkennung,
> saya cerita, deh, tentang anerkennung saya, barangkali sebagai pembukaan. 
> Buat yang dari luar Jerman mungkin belum tahu apa anerkennung itu. 
> Anerkennung kurang lebih maksudnya pengakuan atas kesetaraan pendidikan
> yang sudah kita jalani di luar Jerman dengan pendidikan di Jerman. 
> Misalnya, apakah S2 yang kita buat di Indonesia setara dengan diplom
> mereka, bisakah kita diijinkan mengikuti program doktor mereka. Di Jerman
> setelah program diplom orang dapat masuk ke program doktor. Sebelumnya
> mereka tidak mengenal program master. Program master baru mereka buat
> belakangan ini untuk 'melayani' orang asing. Dalam beberapa kasus orang
> yang baru mengambil S1 bisa langsung masuk program doktor. Kata senior
> saya yang pernah S3 di Jerman, untuk bidang fisika memang sebenarnya tidak
> perlu S2 dulu untuk masuk ke program doktor, S1 juga cukup. (Jika ada
> keterangan saya yang kurang atau salah, tolong teman-teman yang dari
> Jerman meralatnya. Terima kasih.) 

Saya cuma ingin menginformasikan, untuk grup DAAD ex-Bremen 96, dari 6 
orang (di luar almarhum rekan saya Ir. Sutikno), baru 2 yang sebelumnya 
sudah S-2. Tapi alhamdulillah, setidaknya sudah 4 dapet Zulassung untuk Dr., 
yang dua lagi insya Allah juga akan mendapatkannya. Dari 
sisi ini, saya pikir S-2 di Indonesia kurang efektif dan kurang efisien, 
toh lulus S-1 pun bisa PhD. Bahkan di Goettingen, lulusan 
MSc dari New Zealand pun masih harus Anerkennung.
 
> Ketika saya belum memulai S2 saya mengontak prof saya di Bochum, tanya apa
> dia mau terima saya jadi mahasiswa program doktor (doktorand). Saya tidak
> mengajukan proposal, cuma bilang bahwa saya tertarik pada bidang dia
> hamburan nuklir teoritis dan cerita bahwa di S1 saya mengerjakan hamburan
> elektron-hidrogen. Eh, ternyata dia mau terima. Tapi, sayang saya nggak
> berangkat karena nggak mendapat dana. Setelah selesai S2 saya kontak prof
> saya lagi dan dia tetap mau terima. Alhamdulillaah.  Nah, untuk memenuhi
> peraturan di fakultasnya, saya harus mengikuti ujian dan juga tesis master
> saya akan dilihat agar mereka bisa memutuskan apakah pekerjaan master saya
> setara dengan diplom mereka dan boleh masuk program doktor. Sendainya
> pekerjaan master saya cukuppun saya tetap harus ikut ujian itu. Kata prof
> saya, ujian ini dianggap seperti ujian diplom mereka. Ujian ini sifatnya
> lisan mencakup fisika teori dan eksperimen. Bidang fisika teori yang diuji
> 3 buah (saya pernah bilang ke beberapa teman 5, itu keliru) yaitu fisika
> kuantum, elektrodinamik, dan fisika statistik dengan standar buku-buku
> tertentu (elektrodinamik:  Jackson, yang lain saya lupa). Bidang fisika
> eksperimen yang akan diuji masih belum tahu. Sampai sekarang belum ada
> keputusan atas anerkennung pekerjaan master saya dan ujian itu juga belum
> saya ambil karena prof saya masih di LN. Jika pekerjaan master saya
> dianggap kurang, saya harus ngulang satu tahun untuk mengerjakan diplom. 
> Begitu, deh. Berhubung sampai sekarang belum ada keputusan dan saya belum
> ujian, masih ada kesempatan buat teman-teman untuk mendo'akan saya agar
> jalan saya lancar. Terima kasih banyak.

Insya Allah Pak Imam diberi keringanan dalam menempuh ujian Anerkennung.
Amiin. Berdasarkan pengalaman, bahwa yang sudah S-2 akan bisa
promovieren. Normalnya sih tunggu satu semester baru Zulassung turun.
Sayapun sekarang masih ngambil satu kuliah untuk memperkuat basic saya,
karena S-2 di UGM memang sangat jauh dari memadai (ternyata).

> Pak Oktova, silakan buat, deh, apa yang diperlukan. Saya juga ingin dengar
> banyak dari Pak Oktova dan yang lain, nih.

Komentar, saran dan kritik rekan-rekan ditunggu! Alamatkan posting/reply
anda (sementara) ke: oktova@stud.uni-hannover.de (ingat STUD, bukan ITP lho).
Lebih dan kurangnya saya mohon maaf, jazakallahu khoiron katsiro.

> Wassalaamu'alaikum wr wb.
> 
> Imam Fachruddin
> 

Wassalaamu'alaikum warrohmatullahi wabarokatuh
Oktova